Bismillah, allahumma yassir wa a’in…
Sedekah, mendengar namanya, orang sudah kenal keutamaannya. Sedekah
berasal dari As-Shidq, artinya jujur. Seorang muslim yang bersedekah
berarti dia membuktikan kejujurannya dalam beragama. Betapa tidak, harta
yang merupakan bagian yang dia cintai dalam hidupnya, harus dia berikan
ke pihak lain. Karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebut sedekah sebagai ‘burhan’ (bukti). Dalam hadis dari Abu Malik
Al-Asy’ari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Shalat adalah cahaya, sedekah merupakan bukti, sabar itu sinar panas,
sementara Al-Quran bisa menjadi pembelamu atau sebaliknya, menjadi
penuntutmu.” (HR. Muslim)
Sedekah disebut ‘burhan’ karena sedekah merupakan bukti kejujuran
iman seseorang. Artinya, sedekah dan pemurah identik dengan sifat
seorang mukmin. Sebaliknya, kikir dan bakhil terhadap apa yang dimiliki
identik dengan sifat orang munafik. Untuk itulah, setelah Allah
menceritakan sifat orang munafik, Allah sambung dengan perintah agar
orang yang beriman memperbanyak sedekah. Allah berfirman (yang artinya),
“Infakkanlah sebagian dari apa yang Aku berikan kepada kalian, sebelum
kematian mendatangi kalian, kemudian dia meminta belas kasih : “Ya Rabb,
andai Engkau menunda ajalku sebentar saja, agar aku bisa bersedekah dan
aku menjadi orang shaleh.” (QS. Al Munafiqun : 10)
Untuk itulah, seorang hamba hanya akan mendapatkan hakekat kebaikan
dengan bersedekah, memberikan apa yang dia cintai. Allah berfirman (yang
artinya), “Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan, sampai kalian
infakkan apa yang kalian cintai.” (QS. Ali Imran: 92)
Hadits tentang keutamaan sedekah
a. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sedekah dengan rahasia bisa memadamkan murka Allah”
(Shahih At-Targhib, no. 888)
b. Dari ‘Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sedekah akan memadamkan panas kubur
bagi pelakunya. Sungguh pada hari kiamat, seorang mukmin akan berlindung
di bawah naungan sedekahnya.” (Silsilah As-Shahihah, no. 3484).
Yazid – salah seorang perawi yang membawakan hadis ini – menceritakan:
“Dulu si Martsad, setiap kali melakukan satu dosa di hari itu maka dia
akan bersedekah dengan apa yang dia miliki, meskipun hanya dengan secuil
kue atau bawang” (As-Silsilah As-Shahihah, no. 872).
c. Dari Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Obati orang sakit di antara kalian dengan
sedekah.” (Shahih At-Targhib, no. 744).
Ibnu Syaqiq menceritakan, bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Ibnul
Mubarak – guru Imam Bukhari -: “Saya memiliki luka di lutut selama
tujuh tahun, sudah coba diobati dengan berbagai macam cara, sudah
konsultasi dokter dan tidak ada perubahan.” Ibnul Mubarak menyarankan,
“Buatlah sumur di daerah yang membutuhkan air. Saya berharap akan
menghasilkan sumber air dan menyumbat darah yang keluar.” Diapun
melakukannya dan sembuh. (lihat Shahih At-Targhib)
d. Dari Al-Harits Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bercerita tentang wasiat Nabi Yahya kepada bani
israil. Salah satu isi wasiat itu, Nabi Yahya mengatakan, “Aku
perintahkan kalian untuk banyak sedekah. Perumpamaan sedekah seperti
orang orang yang ditawan oleh musuhnya dan tangannya diikat di lehernya.
Ketika mereka hendak dipenggal kepalanya, dia bertanya: ‘Bolehkah aku
tebus diriku sehingga tidak kalian bunuh.’ Kemudian dia memberikan yang
dimiliki, sedikit atau banyak, sampai dia berhasil menebus dirinya.”
(Shahih At-Targhib, no. 877).
Betapa luar biasanya pengaruh sedekah. Setiap dosa dan kesalahan yang
dilakukan manusia merupakan ancaman baginya. Tumpukan dosa itu cepat
atau lambat akan membinasakannya. Namun dia bisa selamat dari ancaman
ini dengan memperbanyak sedekah, sampai dia bisa bebas dari neraka.
e. Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, bahwa beliau bersabda, “Sedekah tidak akan mengurangi harta”
(HR. Muslim)
Sedekah yang Paling Utama
Sedekah dengan banyak keutamaan di atas, tentu saja nilainya
bertingkat-tingkat sesuai keadaan ketika bersedekah. Berikut beberapa
keadaan yang menyebabkan sedekah kita nilainya lebih utama dari pada
sedekah normal.
Pertama, sedekah secara rahasia
Allah berfirman (yang artinya), “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka
itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu
berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik
bagimu..” (QS. Al-Baqarah: 271).
Kedua, sedekah ketika masih sehat, kuat, dan punya harapan hidup lebih lama
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seseorang yang bertanya
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sedekah seperti apakah yang
paling besar pahalanya?” beliau menjawab, “Engkau bersedekah ketika kamu
masih sehat, rakus dengan dunia, takut miskim, dan bercita-cita jadi
orang kaya. Jangan tunda sedekah sampai ruh berada di tenggorokan,
kemudian kamu mengatakan: ‘Untuk si A sekian, si B sekian, padahal sudah
menjadi milik orang lain (melalui warisan).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada saat sehat, muda, umumnya manusia masih sangat butuh harta, dan
cinta harta dan kekayaan. Bersedekah pada kondisi tersebut akan
membutuhkan perjuangan yang lebih besar untuk melawan nafsunya,
dibandingkan sedekah yang dilakukan oleh orang yang tidak lagi punya
harapan banyak dengan kehidupan dunia karena sudah tua.
Ketiga, sedekah yang diberikan setelah menunaikan kewajiban nafkah keluarga
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik sedekah adalah harta sisa selain jatah nafkah keluarga.
Mulailah dari orang yang wajib kamu nafkahi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keempat, sedekah pada saat krisis
Orang yang memiliki sedikit, namun dia berani bersedekah, menunjukkan
keseriusan dia dalam beramal, disamping sikap istiqamah yang dia
lakukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu dirham
bisa mengalahkan seratus ribu dirham.” Para sahabat bertanya,
“Bagaimana bisa demikian?”. “Ada orang yang memiliki 2 dirham, kemudian
dia sedekahkan satu dirham. Sementara itu ada orang yang memiliki banyak
harta, kemudian dia mengambil seratus ribu dirham untuk sedekah.” (HR.
An Nasa-i dan dinilai hasan oleh Al Albani).
Kelima, nafkah untuk keluarga
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang yang memberikan
nafkah kepada keluarganya dengan mengharap pahala dari Allah maka itu
bernilai sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bahkan nafkah keluarga yang diniatkan utk beribadah kepada Allah,
nilainya lebih besar dibandingkan yang disumbangkan untuk orang miskin.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada 4 dinar: satu dinar
kau berikan ke orang miskin, satu dinar kau sumbangkan untuk pembebasan
budak, satu dinar untuk jihad fi sabililllah, dan satu dinar yang kau
jadikan nafkah untuk keluarga, yang paling utama adalah satu dinar yang
kau nafkahkan untuk keluarga.” (HR. Muslim)
Keenam, sedekah kepada kerabat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sedekah kepada orang
miskin nilainya hanya sedekah. Sedekah kepada kerabat nilainya dua:
sedekah dan menyambung silaturrahim.” (HR. Ahmad, An Nasa-i, Turmudzi
dan Ibnu Majah).
Semoga bermanfaat.Allahu a’lam. [Ammi Nur Baits, S.T.*]
No comments:
Post a Comment